Sejarah Datangnya Bangsa-Bangsa Eropa Ke Indonesia
Hindia Timur atau Indonesia
telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti
vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawet
makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah
ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong
para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun,
jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan
pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan
boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak
memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia).
Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga
menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era
kolonialisasi Barat di Asia . pada bab ini akan diuraikan tentang
kedatangan bangsa Eropa hingga terbentuknya kekuasaan kolonial Barat di
Indonesia.
A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara
umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi
keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan
menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur
adalah sebagai berikut :
v Mencari kekayaan termasuk berdagang
v Menyalurkan jiwa penjelajah
v Meyakini Keberadaan Prester John
v Menyebarkan agama
v Mencari kemuliaan bangsa
Sejak
abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari
harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini
diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai
bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka
berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke
satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu,
orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar
Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Di
luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian
besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun guna
mewartakan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa mewartakan Injil kepada
orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan
hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari
kekayaan (gold) dan kebanggaan serta kejayaan (glory) bagi negaranya.
Pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk
membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin
meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka
kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah
kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan
rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya
pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat
ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini,
bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering
dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang
umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain
itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah.
Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan
kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka
dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak
istimewa dalam berdagang.
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia
dirintis oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti
Inggris, Prancis, dan Belanda baru melakukan ekspedisi setelah kedua
bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan baik, namun ia gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik. Sewaktu
tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan
pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap
dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang
Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka
harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu
terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.
Namun,
penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin
menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada
waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat
perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka
sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis,
cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku
adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di
Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada
tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil
menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan
baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun
benteng di ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus,
ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau
yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India.
Setelah
Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah
rempah – rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan
armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera
Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera
Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. sewaktu mencoba mengatasi
perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia digantikan oleh Del
Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak
saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu
tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan
dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu saja
menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka
kantor dagangnya di Ternate. Portugis
merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat
lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan.
Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Benteng
Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus
di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang
disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai
Portugis sedangkan Filipina dikuasai Sepanyol.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia.
Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke
Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada
tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman
kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran
internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu
Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal
abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha
mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut
catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC
mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh,
Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat
lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda.
Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka
berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan
Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada
Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck,
namun ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda
dipimpin Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer
berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu
sampai ke Tanjung Harapan Baik. Dari sana, mereka mengarungi Samudera
Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.
Armada
ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar.
Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik.
Dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun 1597. ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia.
Setelah Cornelis, armada Belanda datang ke Indonesia susul menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia
– Belanda menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku
adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah
disana.
Pada
awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis,
baik di Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun,
karena armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi
sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya
Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme Belanda di
Indonesia. Sejak itu, pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang
datang ke Maluku.
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie)
atau persekutuan Dagang Hindia Timur. VOC dipimpin oleh De Heren
Zuventien (Dewan Tujuh Belas) dengan Pieter Both sebagai gubernur
jenderal yang pertama.
Semula
VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan
Pieterzoon Coen, pusat VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti
nama menjadi Batavia
Untuk
memperkuat kedudukan VOC di Indonesia, pemerintah Belanda memberikan
hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa VOC tersebut antara lain :
v Hak monopoli dagang
v Hak membuat dan mencetak uang
v Hak membentuk tentara
v Hak menyatakan perang ataupun membuat perjanjian
Dengan
hak-hak tersebut berarti VOC memiliki kekuasaan seperti suatu negara.
Mereka dapat bertindak bebas tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan
pemerintah Belanda di negeri induk.
Bangsa Eropa datang ke Asia termasuk Indonesia karena mereka ingin berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Untuk
itu, bangsa-bangsa Eropa mencari jalan baru dengan mengarungi samudera.
Pelapornya adalah bangsa Portugis dan Spanyol. Pelaut-pelaut terkenal
dari Portugis adalah Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama. Sedangkan
pelaut dari Spanyol adalah Columbus dan Magellan. Bakat kepeloporannya,
Portugis dan Spanyol berhasil menguasai jalur berlayar, terutama untuk
mencari kekayaan. Indonesia sebagai daerah penghasil rempah-rempah
menjadi rebutan. Akhirnya, bangsa-bangsa Eropa tersebut berhasil
menjajah Indonesia. Belanda adalah bangsa yang paling lama berkuasa dan
paling banyak mengeruk keuntungan perdagangan di Indonesia dibandingkan
bangsa Portugis dan Inggris
0 komentar: